Pages

Selasa, 08 Mei 2012

Analis-RETIKULOSIT



RETIKULOSIT
Retikulosit adalah eritrosit yang lebih muda daripada eritrosit dewasa, beredar sebagai retikulosit 1 - 2 hari, ukuran 8-9 mikron dan didalam sitoplasmanya terdapat sisa-sisa inti yang tersusun secara retikulair, berupa RNA dan retikulum oleh karena itu disebut retikulosit, retikulum tersebut berupa fragmen-fregmen yang hanya dapat dilihat dengan memakai pewarnaan khusus yaitu pewarnaan supravital, misalnya Brilliant Cresyl Blue atau New Methylene Blue yang mewarnai retikulum tersebut. Adanya RNA dan Retikulum ini hanya dapat dinyatakan dalam eritrosit yang masih hidup, sedangkan yang sudah terlalu lama atau sudah mati sukar untuk dilihat, oleh sebabnya dinamakan pulasan vital atau supravital. Jadi dalam pemeriksaan retikulosit hendaknya memakai sampel darah segar, dan janganlah terlalu lama membiarkannya kering pada kaca benda. Kalau akan mempergunakan darah oxalat untuk pemeriksaan retikulosit harus dillakukan dalam waktu 24 jam. Banyak retikulum tergantung pada umur retikulosit yaitu makin muda makin banyak, makin tua makin kurang retikulumnya. Retikulosit mempunyai sedikit retikulum dan mempunyai granula-granula. Ribosome mempunyai kemampuan untuk bereaksi dengan pewarna tertentu seperti brilliant cresyl blue atau new methylene blue untuk membentuk endapan granula atau filamen yang berwarna biru. Pada pewarnaan Wright retikulosit tampak sebagai eritrosit yang berukuran lebih besar dan berwarna lebih biru daripada eritrosit. Retikulum terlihat sebagai bintik-bintik abnormal. Polikromatofilia yang menunjukkan warna kebiru-biruan dan bintik-bintik basofil pada eritrosit, sebenarnya disebabkan oleh bahan ribosome tersebut.

Hitung retikulosit merupakan indikator aktivitas sumsum tulang dan digunakan untuk mendiagnosis anemia. Banyaknya retikulosit dalam darah tepi menggambarkan eritropoesis yang hampir akurat. Peningkatan jumlah retikulosit di darah tepi menggambarkan akselerasi produksi eritrosit dalam sumsum tulang. Sebaliknya, hitung retikulosit yang rendah terus-menerus dapat mengindikasikan keadan hipofungsi sumsum tulang atau anemia aplastik
.

Lagi pula densitasnya tergantung pada beberapa faktor yaitu :
  - Semakin tinggi kadar zat warna yang dipakai semakin baik retikulum itu nampaknya yaitu lebih lebar dan kurang pecah-pecahnya.
  - Dengan mengeringkan smear darah retikulum menjadi halus.
  - Dengan memanaskan dapat merusak retikulum sehingga hanya terlihat bentuk-bentuk batang atau granula-granula.
  - Perubahan pH larutan suatu zat warna kearah sifat asam menyebabkan retikulum berbentuk granula halus sedangkan kearah sifat alkalis menyebabkan terikulum berbentuk noktah-noktah.
  - Creanated eryhtrosit (keriput) menghambat masuknya zat warna kedalam sel sehingga tak terlihat apa-apa.
Pada pewarnaan Wright retikulosit tampak sebagai eritrosit yang berukuran lebih besar dan berwarna lebih biru daripada eritrosit. Retikulum terlihat sebagai bintik-bintik abnormal. Polikromatofilia yang menunjukkan warna kebiru-biruan dan bintik-bintik basofil pada eritrosit, sebenarnya disebabkan oleh bahan ribosome tersebut.
Larutan yang digunakan harus memenuhi syarat sbb :
*    Mengandung logam berat
*    Sebelum dipakai sebaiknya larutan disaring terlebih dahulu
Pewarnaan retikulosit dapat dilakukan dengan salah satu cat berikut:
    • larutan new methylene blue :
      • Natrium Klorida 0,8 gr
      • Kalium Oxalate 1,4 gr
      • New methylen blue 0,5 gr
      • aquadest 100 ml
    • larutan brilliant cresyl blue :
      • brilliant cresyl blue 1,0 gr
      • Na sitrat 20 ml
      • Natrium Clorida 0,85% 80 ml
Dianjurkan menggunaan new methylene blue, kesalahan metode ini pada nilai normal 25 %.Hitung retikulosit merupakan indikator aktivitas sumsum tulang dan digunakan untuk mendiagnosis anemia. Banyaknya retikulosit dalam darah tepi menggambarkan eritropoesis yang hampir akurat. Peningkatan jumlah retikulosit di darah tepi menggambarkan akselerasi produksi eritrosit dalam sumsum tulang. Sebaliknya, hitung retikulosit yang rendah terus-menerus dapat mengindikasikan keadaan hipofungsi sumsum tulang atau anemia aplastika.
Jumlah retikulosit merupakan cermin bagi aktifitas eryhtrosintetik, artinya dapat menunjukkan baik tidaknya fungsi eryhtropoitik dalam keadaan tertentu. Bila oleh suatu keadaan patologis (anemia hemolitik) jumlah retikulosit sangat meningkat mencapai 30-50% maka keadaan ini disebut krisis retikulositosis. Nilai normal retikulosit menurut Wintrobe cara basah dan atau kering : 0,5 – 1,5% dari eritrosit, sedangkan menurut Osgood-Wilhelm cara basah dan kering 0,5 – 3,0% dari eritrosit.
Eritrosit menurun pada keadaan :
·        Anemia aplastika
·        Gagal ginjal
·        Gangguan sumsum tulang


Eristosit meningkat pada keadaan :
·        Anemia hemolitik
·        Anemia defisiensi besi
·        Talasemia
             Pada anemia aplastik kadang-kadang tidak ada retikulosit dalam darah perifer. Sebenarnya banyak retikulosit yang ada dalam darah perifer menunjukkan jumlah erytrosit yang harus diganti setiap harinya, yang mengalami destruksi secara fisiologis oleh karena telah mencapai umurnya. Menurut Ashby berdasarkan atas percobaan-percobaan yang telah dilakukannya umur eryhtrosit adalah ±120 hari. Jika jumlah eryhtrosit permm3 darah 4.800.000, maka jumlah eryhtrosit yang rusak setiap harinya dalam keadaan normal adalah 4.800.000 / 120 = 40.000 sel permm3. Oleh karena boleh dikatakan jumlah eritrosit dalam darah perifer dalam keadaan normal adalah konstan maka berarti bahwa eritrosit yang telah rusak itu harus diganti dengan eritrosit baru (retikulosit) yang sama banyaknya pula atau dengan kata lain jumlahnya (40.000 / 4.800.000) x 100% = 0,83% retikulosit dalam darah perifer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar